Syawaluddin menjelaskan riset robot ini dimulai sejak akhir 2008 dan menghabiskan dana riset hingga Rp60 juta. Sedangkan dana untuk membuat robot berkaki enam seberat menghabiskan biaya Rp20 sampai 40 juta.
“Biaya membangun robot yang hitam menghabiskan biaya Rp20 juta sedangkan yang merah Rp40 juta. Yang merah memang lebih mahal karena kualitas perangkatnya lebih bagus,” ucap Syawaluddin, di Bandung, Kamis, 14 April 2011.
Kedua robot ini menggunakan prosesor Atmell sebagai micro controller atau ‘otak’ dari robot tersebut. Program-program seperti gerakan dimasukkan ke dalam prosesor tersebut.
Robot-robot ini menggunakan prinsip kelelawar untuk bergerak. Untuk sensor gerak, kedua robot tersebut memancarkan suara ultrasonik, pantulan dari suara tersebut akan diolah robot untuk mengukur jarak ruangan agar tidak menabrak.
Sedangkan untuk melacak sumber api, kedua robot tersebut dipasang sensor ultraviolet dan infrared masing-masing sebanyak lima buah. Sedangkan untuk engsel kaki bergerak, kedua robot menggunakan motor servo yang diimpor dari Singapura.
"Motor servo itu satunya mencapai Rp1,1 juta. Sedikitnya satu robot membutuhkan 22 motor servo untuk bergerak dan sebagiannya untuk cadangan. untuk motor servonya saja sudah sekitar Rp22 juta sendiri," jelas Syawaluddin.
Kusprasapta Mutijarsa, pembimbing tim robot Indonesia menjelaskan, kedua robot tersebut harus diset ulang setibanya di Amerika. Perbedaan cuaca yang signifikan antara Indonesia dengan Hartford, Connecticut, Amerika Serikat membuat sensor-sensor tersebut harus dioprek.
"Sewaktu tiba di Amerika, sensor sempat macet karena perbedaan suhu. Perbedaan suhu sedikit saja berpengaruh terhadap sensor robot untuk mencari sumber api. Untuk itu selama dua hari waktu sebelum bertanding kami melakukan setting ulang terhadap sensor dan melakukan latihan di kamar hotel," ungkap pria yang biasa disapa Sony ini.
Samratul Fuadi, mahasiswa lain dalam tim robot ITB mengaku, setibanya di Amerika Serikat, mereka sempat minder melihat robot-robot yang menjadi pesaingnya dalam kontes tersebut. Fuadi bahkan melihat kontingen dari Portugal membuat robot unik yang menggunakan iPhone sebagai prosesor dan sensornya.
"Robotnya unik dan canggih karena menggunakan iPhone tapi ternyata saat bertanding gagal menjalankan misinya. Kelebihan robot kami lebih cepat berjalan dan bergerak presisi, mungkin karena risetnya selama dua tahun," ucap Fuadi.
Zarqun, merupakan robot generasi ketiga sedangkan Yaqun merupakan robot generasi keempat yang khusus dibuat untuk mewakili Indonesia di kontes tersebut.
Artikel Terkait:
News
- Teknologi Mustahil Pada Senjata Batman
- Pengakuan Agen CIA Tentang Insiden UFO Roswell
- Wow Jokowi Menjadi DJ
- Anak Mengeluh di FB, Ayah Ngamuk di YouTube
- Mencegah Pembajakan, Kenapa Para Raksasa Online Menolak
- Penangkapan Bos MegaUpload Serupa Film Action
- Filipina Pesan Kapal Perang dari Indonesia
- Menhan: Militer RI Terkuat di ASEAN
- Bola Penghalau Penumpang KA Mendunia
- Kisah Mengharukan Tragedi Karamnya Concordia
- Ikuti Wikipedia, Sejumlah Laman Juga Mogok
Sains dan Teknologi
- Teknologi Mustahil Pada Senjata Batman
- Pengakuan Agen CIA Tentang Insiden UFO Roswell
- Mawar Angkasa Hasil Tumbukan Dua Galaksi
- Bahaya di Balik Jatuhnya Satelit Rusia
- Batu Ini Lebih Mahal 10x dari Emas
- Tenang, Zaman Es Berikut di Bumi Masih Jauh
- Masa-masa Suram Si Jenius Stephen Hawking
- Rahasia "Jubah Gaib" Harry Potter Terungkap
- 10 Misteri Otak Manusia yang Belum Terpecahkan
- Delapan Rahasia Dibalik Hidup Steve Jobs
- Steve Jobs Terus Bergaung di Dunia Maya
- Steve Jobs Wafat
- 10 Cara Steve Jobs Mengubah Dunia
- Pengertian NFC (Near Field Communication)
- Ditemukan, Partikel Lebih Cepat dari Cahaya
- Transisi ke IPv6 Hadirkan Ancaman Dunia Maya
0 comments:
Posting Komentar
Jika Anda Ingin Berkomentar Mohon Di Cantumkan Nama Anda
Jangan Lupa Komenar Dan Follow ya !!!