Data yang dikumpulkan kemudian dikirimkan lewat satelit untuk dianalisis lebih lanjut oleh para peneliti.
Sensor pada Kounotori 2 itu sendiri merupakan sebuah perangkat otomatis kecil yang disebut dengan Re-entry Breakup Recorder, atau REBR. Ia mampu merekam temperatur, akselerasi, kecepatan rotasi, dan data lain dari misi pesawat angkut itu.
“REBR merupakan sebuah alat yang dimungkinkan karena hadirnya teknologi telepon seluler. Ia terbuat dari berbagai sensor kecil dan komponen-komponen ponsel dalam ukuran mini,” kata William Ailor, Director of the Center for Orbital and Reentry Debris Studies at The Aerospace Corporation in El Segundo, California, AS.
Seperti dikutip dari Space, Kamis 31 Maret 2011, pada dasarnya REBR merupakan telepon satelit yang dilengkapi dengan lapisan pelindung panas.
“REBR mengumpulkan data saat Kounotori 2 mulai hancur dan berhasil ‘menelepon ke rumah’ untuk menginformasikan data-data tersebut dan juga merekamnya,” kata Ailor. “Bahkan, saat pesawat kargo itu sudah mendarat di samudera, ia masih mentransmisikan data,” ucapnya.
Proyek pengembangan REBR sendiri didukung oleh angkatan udara AS, NASA, dan Boeing. Uji coba pertama perangkat komunikasi otomatis itu dilakukan oleh departemen pertahanan. Adapun uji coba kedua terhadap REBR akan dilakukan awal Juni mendatang. Ia akan dipasang di pesawat kargo milik Eropa, bernama Johannes Kepler.
Artikel Terkait:
News
- Teknologi Mustahil Pada Senjata Batman
- Pengakuan Agen CIA Tentang Insiden UFO Roswell
- Wow Jokowi Menjadi DJ
- Anak Mengeluh di FB, Ayah Ngamuk di YouTube
- Mencegah Pembajakan, Kenapa Para Raksasa Online Menolak
- Penangkapan Bos MegaUpload Serupa Film Action
- Filipina Pesan Kapal Perang dari Indonesia
- Menhan: Militer RI Terkuat di ASEAN
- Bola Penghalau Penumpang KA Mendunia
- Kisah Mengharukan Tragedi Karamnya Concordia
- Ikuti Wikipedia, Sejumlah Laman Juga Mogok
0 comments:
Posting Komentar
Jika Anda Ingin Berkomentar Mohon Di Cantumkan Nama Anda
Jangan Lupa Komenar Dan Follow ya !!!