Agaknya, upaya negeri jiran Malaysia untuk menjadikan batik sebagai produk andalan negara mereka, tidak main-main.
Buktinya mereka berupaya untuk mempelajari jenis batik baru, batik fraktal yang dikembangkan oleh orang Indonesia.
"Saya memang sempat dihubungi oleh perusahaan swasta dari Malaysia dan mereka menawarkan kerjasama pengembangan batik fraktal di sana," ujar Nancy Margried, Direktur PT Piksel Indonesia (perusahaan yang khusus bergerak di batik fraktal) kepada VIVAnews, Senin 11 April 2011.
Batik fraktal adalah inovasi baru di bidang batik yang memanfaatkan sebuah software yang dapat mengolah rumus matematis untuk menciptakan pola tertentu dalam pembuatan batik.
Menurut Yun Hariadi, orang yang mengembangkan software batik fraktal di Piksel Indonesia, setidaknya ada dua perusahaan swasta dari Malaysia yang berusaha mendekati perusahaan mereka.
Tapi, kata Nancy, mereka tidak tertarik pada tawaran kerjasama tersebut. Sebab, ia khawatir bila tawaran itu disetujui, batik fraktal justru lebih dikenal sebagai produk buatan Malaysia. "Kami katakan kepada mereka, bahwa kami belum memiliki rencana untuk ekspansi ke Malaysia," ujar Nancy.
Nancy mengatakan, sebenarnya tawaran pengembangan batik fraktal di Malaysia disetujui, ia yakin batik fraktal akan cepat berkembang. "Walaupun dukungan pemerintah di sini lebih lambat, kami tetap ingin agar batik fraktal lebih dulu berkembang di sini," kata dia.
Oleh karenanya, pihaknya juga telah mensosialisasikan batik fraktal kepada ratusan pengrajin batik di berbagai sentra kerajinan batik di Indonesia, baik di sentra-sentra batik di Pulau Jawa maupun Sumatra.
Setidaknya mereka telah melakukan pelatihan-pelatihan kepada para UKM batik di daerah Jambi, Pekalongan, Cirebon, hingga Pacitan, bekerja sama dengan Kementrian Ristek.
Piksel Indonesia hingga kini menjalin kerjasama dengan sekitar sepuluh UKM batik untuk memproduksi sekitar 50 batik fraktal per bulan yang biasanya dibuat berdasarkan pesanan, baik dari dalam negeri, maupun dari luar negeri.
Tak hanya menjadi pakaian yang kerap dikenakan oleh Presiden SBY dan menteri-menterinya, batik fraktal juga telah tersohor di dunia internasional. Bahkan salah satu produk batik fraktal Piksel Indonesia juga diminati oleh pihak perusahaan Sanyo Jepang.
"Terakhir kita juga mendapat pesanan batik dari tokoh industri games ternama dari Inggris, Ian Livingstone," kata Nancy. Salah satu karya Livingstone yang popular adalah game Tomb Raider yang belakangan difilmkan.
Piksel Indonesia pun berawal dari sebuah proyek riset dan desain bernama Pixel People Project, yang dilakukan oleh Muhammad Lukman, Yun Hariadi, dan Nancy. Mereka mendokumentasikan sekitar 300 motif batik tradisional dari berbagai daerah dan menemukan bahwa batik adalah pola yang memiliki sifat fraktal.
Kemudian, mereka membuat sebuah software yang mampu memproduksi pola-pola dan ornamen batik menggunakan rumus matematika sederhanauntuk memproduksi sebuah batik. Lewat rumus fraktal di software itu, sebuah pola bisa dimodifikasi atau dikombinasikan dengan pola lainnya, sehingga menciptakan pola baru.
Hasil riset mereka yang berjudul 'Batik Fractal, from traditional art to modern complexity' kemudian terpilih untuk dipresentasikan pada ajang Committee of 10th Generative Art International Conference in Politecnico, di Milan Italia. Belakangan, Unesco menganugerahi penemuan ini dengan penghargaan kategori 'Stamp of Approval' Award of excellence 2008. "Yang jelas batik fraktal bukan sekadar teknologi yang mempermudah orang untuk memproduksi batik, namun juga menciptakan inovasi baru di dunia batik," kata Nancy.
0 comments:
Posting Komentar
Jika Anda Ingin Berkomentar Mohon Di Cantumkan Nama Anda
Jangan Lupa Komenar Dan Follow ya !!!